Kelimpahan Fauna Tanah pada Ekosistem Pascabakar Kecamatan Mentebah, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Indonesia
Abstract
Sistem pengelolaan hutan di Kabupaten Kapuas Hulu selama ini kurang optimal sehingga luas hutan dari tahun ke tahun mengalami penurunan yang mengakibatkan kualitas hutan semakin menurun. Eksploitasi hutan seperti penebangan hutan, peningkatan peralihan fungsi kawasan hutan menjadi pemukiman, perkebunan, perladangan berpindah, dan terjadinya kebakaran hutan merupakan ancaman yang serius terhadap ekosistem hutan terutama keberadaan fauna tanah dan hilangnya keanekaragaman hayati. Fauna tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah yang menjaga ekosistem melalui proses dekomposisi dan siklus hara. Proses-proses tersebut bertujuan untuk memperbaiki serta mempertahankan sifat biologi, kimia, dan fisik tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kelimpahan fauna tanah dan pengaruh lingkungan terhadap kelimpahan fauna tanah pada ekosistem hutan sekunder, lahan pascabakar 1 tahun, belukar muda (2-3 tahun) dan belukar tua (5-20 tahun). Sampel tanah diambil dengan menggunakan metode transek sepanjang 100 m dengan 10 titik sampling pada kedalaman 0-5 cm. Ekstraksi fauna tanah dilakukan dengan menggunakan alat modifikasi Berlese Funnel Heat Extractor. Identifikasi ordo dilakukan dengan mikroskop cahaya stereo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap ekosistem memiliki kelimpahan dan keanekaragaman yang berbeda. Kelimpahan fauna tanah terbesar dan terendah adalah 1.350 dan 461 individu /m2 pada ekosistem hutan sekunder dan lahan pascabakar 1 tahun. Keanekaragaman terbesar terdapat pada ekosistem hutan sekunder dan belukar tua (1,82;1,95) dengan kategori keanekaragaman sedang. Kelimpahan fauna tanah didominasi dari kelas Hexapoda (insecta) dan terendah dari kelas Symphyla.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Anderson, J. M. (1994). Functional Attributes of Biodiversity in Land Use System. In: D.J. Greenland and I. Szabolcs (eds). Soil Resilience and Sustainable Land Use. CAB International.
Azwar, W. (2014). Rencana Pengelolaan Jangka Panjang 2015 - 2024 Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat. 1496042136RPHJP_KPH_Kapuas_Hulu.pdf (menlhk.go.id)
Balitbangtan. (2007). Metode Analisis Biologi Tanah. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Bengtsson, J., Nilsson, S. G., Franc, A., & Menozzi, P. (2000). Biodiversity, disturbance, ecosystem function and management of European forests. For. Ecol. Manag., 132, 39–50.
Borror, D. J., Triplehort, C. A., & Johnson, N. F. (1996). Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi ke-6. Terjemahan Soetiyono Partosoedjono. Gadjah Mada University Press.
Broza, M., & Izhaki, I. (1997). Post-Fire Arthropod Assemblages in Mediterranean Forest Soils in Israel. International Journal of Wildland Fire, 7(4), 317. https://doi.org/10.1071/WF9970317
Coleman, T. W., & Rieske, L. K. (2006). Arthropod response to prescription burning at the soil–litter interface in oak–pine forests. Forest Ecology and Management, 233(1), 52–60. https://doi.org/10.1016/j.foreco.2006.06.001
Fuller, M. (1991). Forest Fire. John Wiley and Sons Inc. Canada.
Gongalsky, K. B., & Persson, T. (2013). Recovery of soil macrofauna after wildfires in boreal forests. Soil Biol. Biochem, 57, 182–191.
Hakim, N., Yusuf, N. M., Lubis, A. M., Sutopo, G. N., Amin, M. D., Go, B. H., & Bailey, H. (1988). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
Hamdani, M. (2015). Pola Sebaran Collembola Permukaan Tanah Pada Empat tipe Ekosistem Yang Berbeda [skripsi]. Institut Pertanian Bogor.
Hanafiah, K. A. (2005). Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada.
Handayanto, E., & Hairiah, K. (2007). Biologi Tanah: Landasan Pengelolaan Tanah Sehat. Pustaka Adipura.
Haneda, N. F., & Sirait, B. A. (2012). Keanekaragaman fauna tanah dan peranannya terhadap laju dekomposisi serasah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Jurnal Silvikultur Tropika, 3(3), 161–167.
Magurran, A. E. (2004). Measuring Biological Diversity. Blackwill Publishing.
Malmström, A., Persson, T., Ahlström, K., Gongalsky, K. B., & Bengtsson, J. (2009). Dynamics of soil meso- and macrofauna during a 5-year period after clear-cut burning in a boreal forest. Appl. Soil Ecol., 43, 61–74.
Marpaung, D. R. (2016). Dampak Kebakaran Hutan Dan Lahan Terhadap Keanekaragaman Fauna Tanah Di Beberapa Ekosistem Provinsi Jambi. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Meyer, E. (1996). Endogenic Macrofauna, In Schimer FRO, Kandeler & R Margesin (EDS). Methods in Soil Biology. Springer–Verlag.
Peterson, G., Allen, C. R., & Holling, C. S. (1998). Ecological resilience, biodiversity, and scale. Ecosystems, 1, 6–18.
Samudra, F. B., Munifatul, I., & Hartuti, P. (2013). Kelimpahan dan keanekaragaman arthropoda tanah di lahan sayuran organik. Urban Farming.
Setyorini, D. (2005). Pupuk organik tingkatkan produksi tanaman. Warta Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, 27, 13–15.
Stevenson, F. J. (1986). Cycles of soil carbon. Nitrogen, Phosphorus, Sulphur, Micronutrients. In: Handayanto E, Hairiah K. 2009, Biologi Tanah. Pustaka Adipura.
Sugiyarto, & Setyaningsih, M. P. (2007). Hubungan antara dekomposisi dan pelepasan nitrogen sisa tanaman dengan diversitas makrofauna tanah. Buana Sains, 7(1), 43–50.
Suwondo. (2002). Komposisi dan keanekaragaman mikroarthropoda pada tanah sebagai indikator karakteristik biologi pada tanah gambut. Jurnal Natur Indonesia, 4(2), 112–186.
Wallwork, J. A. (1970). Ecology of Soil Animals. McGraw-Hill.
Wibowo, C., & Rizqiyah, W. (2014). Diversity of Soil Macrofauna on Various Stand Types in Gunung Walat University Forest, Sukabumi, West Java. Journal of Silvicultural Tropic, 5(1), 43–48.
Wild, A. (1993). Soils and The Environment: An Introduction. Cambridge University Press.
Refbacks
- There are currently no refbacks.