GENERASI Z BUTUH LITERASI MELALUI KARYA FIKSI UNTUK MENUMBUHKAN KARAKTER LEBIH PEKA TERHADAP SEKITAR

Ni Nyoman Novi Kurniawati

Abstract

Membaca dan menulis sudah sangat jarang dilakukan oleh anak-anak zaman sekarang, alias Gen Z. Kebudayaan ini sungguh menyedihkan, jika dilihat menurut UNESCO, menyebutkan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan yakni hanya 0,001%. Hal ini berarti, dari 1.000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Riset berbeda tentang World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada tahun 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa. Sungguh miris melihat data di atas. Namun, sebenarnya ada cara lain untuk meningkatkan literasi anak muda alias Gen Z di Indonesia, yaitu dengan menyuguhkan karya-karya yang mereka suka. Salah satunya melalui karya fiksi, entah mengenai romansa, real-life, dan genre lainnya. Dari karya yang terbilang lebih ramah dengan karakter Gen Z saat ini, yang tidak suka ribet, cepat boring dan tentunya suka hal indah. Karya fiksi berupa novel, yang ditengahnya menyuguhkan pelajaran mengenai banyak hal yang bisa membawa hal baik nantinya kepada tunas bangsa ini. Dengan membaca dan mencoba menulis genre yang disukai, mereka diajak untuk berpikir selalu kreatif, bertindak sesuai dengan banyaknya sudut pandang main tokoh, merasakan banyak emosi, dan lainnya. Melalui proses itu, diharapkan dapat membuat karakter Gen Z lebih peka terhadap lingkungan, sosial, dan psikis orang disekitar.

Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.