TAJEN DAN PELESTARIAN AYAM KAMPUNG

Firdaus Tegar Kharisma, I Gusti Ngurah Puger

Abstract

Abstrak
Sampai saat ini, pada masyarakat Hindu di Bali dikenal konsep tajen. Tajen merupakan perang satha antara dua ayam jago yang memakai taji sampai salah satu dari ayam tersebut dinyatakan kalah atau sapih. Biasanya dalam tajen disertai dengan taruhan (toh) yang tidak ada batasannya. Tajen bila dikaji dari konsep rwa bhineda, yakni hal yang mengandung dua makna yang saling bertentangan, yakni makna negatif dan makna positif. Makna negatif dari tajen adalah dapat menyengsarakan keluarga yang menjadi pelaku tajen (kerap dikenal dengan bebotoh) dan termasuk perilaku himsa karma terhadap ayam jago yang sedang melakukan perang satha. Hal ini disebabkan oleh ayam yang kalah pasti akan mati, demikian juga ayam yang menang kadang-kadang karena terlalu banyak luka pada tubuhnya dapat mengalami kematian. Sedangkan makna positif dari tajen adalah para bebotoh akan mengabadikan karakter ayam jago yang memiliki sifat-sifat baik melalui proses perkawinan dengan ayam betina yang memiliki sifat-sifat yang baik juga. Bahkan dalam pemeliharaan keturunan ayam jago yang memiliki karakter yang baik menerapkan sistem pemeliharaan secara semi intensif atau intensif. Berpijak dari makna positif dari tajen inilah ayam kampung di Bali tidak mengalami kepunahan saat flu burung dan penyakit ND sedang mewabah.
Kata kunci: Tajen, ayam kampung, dan rwa bhineda.

Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.